Judul : Mengapa Harus Karya Sastra?
link : Mengapa Harus Karya Sastra?
Mengapa Harus Karya Sastra?
Buku ditulis untuk dibaca. namun sayangnya, dengan hadirnya sosial media, orang hanya ingin memotret sampul buku yang bagus, mencari kata-kata yang sreg dalam buku, kemudian mengunggah hasilnya tanpa menyadari sesuatu yang penting terlewat. Berdasarkan studi Most Littered Nation in the World pada tahun 2016 silam, minat baca di Indonesia masih tergolong rendah yakni peringkat 60 dari 61 negara.bisa saja hal ini lantaran buku yang tersedia di toko buku sedikit dan kurang bervariasi. saat masih sekolah saya juga kesulitan membeli buku bacaan karena alasan tadi, apalagi saya tinggal di kota kecil; hanya bisa membeli majalah dan buku pelajaran. sedangkan komik saya titipkan pada ibu dan kakak-kakak untuk dibeli di kota besar. di perpustakaan daerah juga buku-bukunya sudah tidak terawat; berdebu, bau lemari bahkan kertasnya menguning dan berlubang dimakan rayap. ada juga beberapa buku yang tidak ideal untuk dibaca. terbatasnya ketersediaan buku berkualitas serta kurangnya peran perpus di masyarakat membuat gedung ini sepi. sementara di kota besar kaum urban lebih tertarik main gawai, kumpul di kafe untuk ngopi, dan traveling untuk mengusir tekanan kehidupan kota. saat ada waktu luang kita lebih senang mencari hiburan dengan menonton reality show di TV, video youtube, nge-vlog dan bermain game online dibandingkan membaca buku. ini terjadi karena sejak masih kanak-kanak kita tidak diperkenalkan dengan buku bacaan atau cerita bergambar. berbeda dengan Jepang dan Finlandia, dua negara ini maju karena budaya membaca sudah mendarah daging. Finlandia dikenal dengan sistem pendidikan terbaik di seluruh dunia karena budaya membaca. berbeda dengan dua negara tadi, masyarakat kita lebih senang membaca status update atau melihat story orang lain, menerima mentah-mentah dan menyebar berita hoax (karena sependapat dengan berita tersebut atau prihatin dengan peristiwa yang tergambar dalam sebuah media online), dan mengomentari public figure di media sosial masing-masing.
padahal lewat membaca, Sumber Daya Manusia (SDM) meningkat. ini karena dalam kegiatan membaca menambah pengetahuan dan memperluas wawasan, akan muncul gagasan baru, melatih kita untuk menganalisis dan mampu memecahkan persoalan-persoalan. selama ini kita tahu bangsa Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah ruah. tapi hari berganti dan harta berkurang. masyarakat tidak tahu cara mengelola kekayaan ini sehingga kita hanya sekadar tahu harta kita banyak tanpa bisa memperbaiki kenyataan yang ada bahwa SDM juga harus ditingkatkan agar keduanya seimbang. meskipun pembangunan infrastruktur kota sampai pelosok sangat pesat, jika pertumbuhan SDM kita masih lambat maka hanya akan memperluas kesenjangan sosial.
bacaan ada berbagai variasi, mulai dari komik, majalah, novel, puisi, buku pelajaran, resep masakan, buku motivasi, hingga biografi tokoh-tokoh berpengaruh. tapi menurut saya karya sastra-lah yang lebih cepat mengantarkan kita pada perubahan hidup yang lebih baik. karya sastra bukan bacaan serius nan membosankan. sama seperti manfaatnya, karya sastra berfungsi sebagai dulce et utile, menghibur dan berguna (mendidik). selain yang sudah saya sebutkan di paragraf sebelumnya, lebih jauh lagi membaca karya sastra juga membantu kita mengontrol emosi, berempati, membebaskan imajinasi, dan tentu saja mengajarkan kita tentang nilai-nilai moral kehidupan.
membaca mampu mengubah hidup seseorang bahkan mempunyai dampak besar bagi banyak orang. contoh pertama, perubahan besar sekaligus menjadi sejarah yang dibuat oleh pelopor emansipasi wanita, Raden Ajeng Kartini. pada zamannya, wanita tidak boleh berpendidikan sama seperti laki-laki dan tidak bebas menentukan pilihannya sendiri. Kartini muda gemar membaca buku, terlebih buku pejuang-pejuang wanita di Eropa. karena itu, ia sadar dan mulai menulis mencurahkan keluh kesah dan pemikiran-pemikirannya. meskipun gagal melanjutkan sekolah di luar negeri, Kartini berhasil mewujudkan cita-citanya memajukan kaum wanita Indonesia, mula-mula dengan mendirikan sekolah untuk gadis-gadis di Jepara. karena perjuangan Ibu Kartini, wanita Indonesia bisa merasakan dampaknya hingga saat ini. contoh kedua ialah salah satu pendiri bangsa, Drs Mohammad Hatta, Bung Hatta dikenal sebagai pendiri bangsa yang gemar membaca. pada masa studinya di Belanda, intelektualitasnya semakin terasah. gagasan-gagasannya dipakai untuk memantik api semangat rakyat Indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan. bahkan Bung Hatta pernah berkata "aku rela dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas". contoh yang ketiga datang dari dunia kampus, seorang aktivis dan intelektual muda, Soe Hok-Gie. sedikit berbeda dari dua tokoh sebelumnya, ia sudah akrab dengan buku sejak masa kanak-kanak. ia bahkan menulis catatan harian sejak berumur 14 tahun. karena keberanian dan pemikiran-pemikirannya, Hok-Gie dkk berhasil menggulingkan presiden Soekarno dari jabatan. dalam catatan hariannya, terlihat jelas pemikiran-pemikiran Gie yang kritis tumbuh dari kebiasaannya membaca. perlawanannya pada masa pemerintahan Soekarno yang menurutnya bertindak otoriter ini pun karena bercermin pada Revolusi Perancis di mana pada masa itu rakyat Perancis diperlakukan semena-mena oleh Kerajaan Perancis. yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Voltaire yang adalah seorang sastrawan mengkritik kerajaan Perancis lewat novel Candide. ia dihukum mati tapi novelnya dibaca oleh mereka yang sudah melek huruf, akhirnya terjadilah gerakan Revolusi Perancis. FYI, nama Leo Tolstoy pernah disebutkan dalam tulisan Soe Hok-Gie & Bung Hatta. ini berarti mereka gemar membaca karya-karya sastra.
berdasarkan pengalaman R.A Kartini, Bung Hatta dan Soe Hok-Gie di atas, ada satu benang merah yang menghubungkan tokoh-tokoh sejarah tersebut. yaitu membaca sejak usia dini. dengan demikian akan muncul pemikiran-pemikiran baru yang mengubah sejarah, atau mungkin lebih tepatnya mengulang sejarah. inilah yang harusnya diterapkan masyarakat kita. dalam ruang lingkup keluarga memperkenalkan buku bacaan pada anak-anak dan menumbuhkan kecintaan terhadap dunia kesusastraan pada anak sekolah dengan memaksimalkan perpustakaan sekolah. menyediakan sarana dan fasilitas yang memadai untuk meningkatkan minat baca masyarakat sehingga bukan tidak mungkin generasi Z yang sudah sering diremehkan dengan kecanduan teknologi ini membuat perubahan besar menggenapi cita-cita bangsa.
Demikianlah Artikel Mengapa Harus Karya Sastra?
Sekianlah artikel Mengapa Harus Karya Sastra? kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Mengapa Harus Karya Sastra? dengan alamat link Sapiens