Judul : Stop Spreading Hoax
link : Stop Spreading Hoax
Stop Spreading Hoax
Kita mempercayai sebuah berita karena sesuai dengan pendapat saja. kita begitu prihatin atau marah dengan peristiwa yang tergambar di sana meskipun tidak tahu kebenarannya. tapi haruskah kita menyebarkan berita yang tidak jelas kebenarannya? haruskah kita merugikan orang lain dengan membuat mereka sependapat dengan kita? sepertinya banyak di antara kita yang tidak menyadari bahwa dirinya menjadi penyebar dan penikmat berita bohong atau hoax. stop sebar berita hoax sudah digaungkan di mana-mana. tapi mengapa masih ada yang menjadi penyebar hoax?
masyarakat kita senang sesuatu yang instan. kita mudah terprovokasi apalagi lewat media sosial. karena tidak ada sikap kritis menerima berita, kita cenderung melihat judul yang 'menarik' saja tanpa membaca isinya. hanya memilih berita yang sepaham dengan kita tanpa menyadari kebohongan yang ada di dalamnya. membagikan berita yang di luar batas kewajaran tanpa memastikan kebenarannya. bila kita setuju, bagikan. tidak setuju, bagikan. tidak lupa sertakan komentar. tapi pernahkah kita berpikir tentang keaktualan berita? bagaimana kita tahu sebuah berita mengarah pada kebohongan?
Kenali Berita Hoax
hoax biasanya mengandung berita negatif dan dilebih-lebihkan. menyudutkan satu pihak hanya berdasar pada opini. berita negatif juga termasuk menyebarkan hal yang kita takuti imbasnya orang lain ikut khawatir dan ketakutan (ini bahaya jika terjadi pada orang tua). karena menyebar berita hoax, niat memberi peringatan justru membuat kekacauan. selain itu, bisa saja dengan menyebar kabar yang belum dipastikan kebenarannya ini adalah cara lain untuk memperkuat pendapat buruk kita pada orang atau kelompok tertentu. mencari kawan agar banyak yang ikut 'menyerang' pihak yang terkait. orang akan senang jika banyak yang sependapat dengannya sama halnya jika banyak likes dan comment diperoleh dari setiap unggahan, ini karena media sosial adalah tempat untuk kita mendapatkan pengakuan bahkan dari orang yang tidak dikenal. berangkat dari alasan-alasan tadi, banyak dari kita merasa senang dan mungkin menganggap dirinya hebat jika ternyata dia adalah orang pertama yang menyebarkan informasi atau suatu peristiwa.
Kenali Berita Hoax
hoax biasanya mengandung berita negatif dan dilebih-lebihkan. menyudutkan satu pihak hanya berdasar pada opini. berita negatif juga termasuk menyebarkan hal yang kita takuti imbasnya orang lain ikut khawatir dan ketakutan (ini bahaya jika terjadi pada orang tua). karena menyebar berita hoax, niat memberi peringatan justru membuat kekacauan. selain itu, bisa saja dengan menyebar kabar yang belum dipastikan kebenarannya ini adalah cara lain untuk memperkuat pendapat buruk kita pada orang atau kelompok tertentu. mencari kawan agar banyak yang ikut 'menyerang' pihak yang terkait. orang akan senang jika banyak yang sependapat dengannya sama halnya jika banyak likes dan comment diperoleh dari setiap unggahan, ini karena media sosial adalah tempat untuk kita mendapatkan pengakuan bahkan dari orang yang tidak dikenal. berangkat dari alasan-alasan tadi, banyak dari kita merasa senang dan mungkin menganggap dirinya hebat jika ternyata dia adalah orang pertama yang menyebarkan informasi atau suatu peristiwa.
jika informasinya salah atau orang lain menanyakan kebenaran berita, dengan mudah kita menjawab TIDAK TAHU dengan alasan hanya meneruskan unggahan orang di medsos atau hanya membaca di sebuah media online. mungkin dengan membagikan berita di sosmed kita hanya ingin memberi informasi atau ingin orang lain tahu pendapat kita sama dengan isi berita. tapi saat membaca berita di media digital, menyebarkan atau tidak seharusnya kita cek kebenarannya. jangan menelan mentah-mentah berita hanya berdasarkan judul atau beritanya saja tanpa melihat sumber berita (yang tidak jelas dan cenderung memihak).
salah satu contoh tidak kritis terhadap berita saya temukan di twitter pada Mei 2017, seseorang mengunggah hasil screenshoot judul berita saja "Beredar foto syukuran atas vonis B, P sebut itu spontanitas." jika hanya membaca judulnya saja (apalagi memang membenci sosok P) orang akan berpikir yang dimaksud berita tadi adalah PS yang mencalonkan diri menjadi pemimpin. padahal jika dicermati beritanya, pernyataan tadi dilontarkan PS, seorang pejabat yang kebetulan nama depannya sama dengan PS yang mencalonkan diri jadi pemimpin. orang yang memuat berita ini di twitter kemudian menyertakan caption 'melihat pernyataan ini, pantaskah jadi pemimpin?' diikuti dengan polling yang setuju retweet, tidak setuju likes. jelas ini hasutan untuk membenci pribadi atau kelompok tertentu, menyebar berita tanpa dibaca lebih dulu, merugikan orang lain dan mempermalukan dirinya sendiri. dan rupanya respon warganet seimbang. banyak yang menegur si pembuat hoax, banyak juga yang termakan umpan. tidak setuju dengan pemikiran dan tindakan orang lain boleh saja, menyuarakan pendapat juga boleh, tapi bukan berarti kita harus menjadi seorang pembenci dan menebar kebencian.
salah satu contoh tidak kritis terhadap berita saya temukan di twitter pada Mei 2017, seseorang mengunggah hasil screenshoot judul berita saja "Beredar foto syukuran atas vonis B, P sebut itu spontanitas." jika hanya membaca judulnya saja (apalagi memang membenci sosok P) orang akan berpikir yang dimaksud berita tadi adalah PS yang mencalonkan diri menjadi pemimpin. padahal jika dicermati beritanya, pernyataan tadi dilontarkan PS, seorang pejabat yang kebetulan nama depannya sama dengan PS yang mencalonkan diri jadi pemimpin. orang yang memuat berita ini di twitter kemudian menyertakan caption 'melihat pernyataan ini, pantaskah jadi pemimpin?' diikuti dengan polling yang setuju retweet, tidak setuju likes. jelas ini hasutan untuk membenci pribadi atau kelompok tertentu, menyebar berita tanpa dibaca lebih dulu, merugikan orang lain dan mempermalukan dirinya sendiri. dan rupanya respon warganet seimbang. banyak yang menegur si pembuat hoax, banyak juga yang termakan umpan. tidak setuju dengan pemikiran dan tindakan orang lain boleh saja, menyuarakan pendapat juga boleh, tapi bukan berarti kita harus menjadi seorang pembenci dan menebar kebencian.
agar tidak masuk perangkap berita hoax seperti contoh di atas, kita harus saring sebelum sharing. pertama cari situs resmi atau cari lagi di google mengenai berita tersebut. mengapa google? ketika mengetik judul berita di google, biasanya akan muncul berita yang serupa dari berbagai sumber. carilah sumber-sumber yang terpercaya, bandingkan satu dengan yang lain karena lewat berbagai sumber terpercaya ini kita bisa tahu berita tadi berdasarkan fakta atau opini semata. apakah sesuai dengan judul? ataukah sebenarnya itu hanya kesalahpahaman? dalam suatu kasus, bahkan ada orang yang menyebar berita hoax yang sudah expire. parahnya lagi banyak yang ikut berkomentar atau mungkin menyebarkan lagi berita yang jelas-jelas bohong, basi, dan sudah bertahun-tahun lalu diklarifikasi. itu sebabnya selain memperhatikan judul dan substansi berita yang cenderung provokatif, kita perlu melihat tanggal berita ini dibuat. besar kemungkinan kasus yang saya sebutkan tadi terjadi karena tidak melihat tanggal, hanya fokus pada berita, apalagi berita ini menyangkut pihak yang berseberangan dengannya. selanjutnya, hal lain yang harus diperhatikan adalah sumber berita. sebenarnya masih sama dengan poin pertama tapi ini lebih spesifik. lihat alamat website atau akun yang memuat berita. apakah terpercaya? atau hanya website kelompok tertentu yang tidak punya kredibilitas? apa isi beritanya selama ini netral atau menyudutkan pihak tertentu? jika ada foto dan video, kita bisa cermati apakah itu hasil editan atau bukan. kalaupun asli, biasanya foto tidak nyambung dengan isi berita.
karena menjamurnya artikel tentang menguak fakta yang sebenarnya hanya berdasar pada opini, misalnya inilah 5 zodiak yang paling setia dalam hubungan, fakta orang libra adalah tipe cuek tapi perhatian, fakta orang yang lahir bulan April tipe yang sangat baik pada orang yang berlaku baik, tapi bisa bengis pada yang berlaku buruk (padahal itu semua hanya pendapat, siapa saja bisa melakukan hal yang sangat manusiawi ini). tulisan bermuatan hiburan seperti yang saya sebutkan di atas membuat orang terhibur dan sependapat kemudian membagikannya di media sosial. mungkin karena kebiasaan ini, orang dengan mudah juga menyebar berita sebagai 'hiburan semata' tanpa menyaringnya terlebih dahulu. percaya berita boleh-boleh saja, tak ada yang bisa menghindar dari jeratan berita hoax. tapi untuk mengurangi kemungkinan terburuk berhentilah menyebar berita negatif dengan bersikap kritis. STOP SPREADING HOAX!
Demikianlah Artikel Stop Spreading Hoax
Sekianlah artikel Stop Spreading Hoax kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Stop Spreading Hoax dengan alamat link Sapiens