Judul : Aku, Telepon dan Telephobia
link : Aku, Telepon dan Telephobia
Aku, Telepon dan Telephobia
Apa itu telephobia?
Telephone Phobia atau yang biasa disingkat telephobia adalah ketakutan, kekhawatiran atau penolakan untuk membuat dan menerima panggilan telepon. Saya pribadi termasuk orang yang enggan membuat dan menerima telepon, bahkan telepon dari orang tua saya butuh waktu sekitar 60 detik untuk berpikir dan akhirnya memutuskan untuk menerima telepon orang tua. Kadang saya tunggu handphone berhenti bergetar barulah saya sms menanyakan maksud mereka melakukan panggilan telepon. Berbeda dengan teman, saya akan menekan volume handphone agar tidak lagi bergetar dan membiarkannya tetap di meja atau lemari. Kemudian mengirim sms menanyakan maksud mereka menelepon. Tentu yang diharapkan balasan berupa sms juga bukan kembali menelepon
Entahlah.. Di tangan seorang yang punya 4 tahi lalat di jari dan telapak tangan ini, handphone tidak berfungsi sebagaimana ia diciptakan. Lebih sering digunakan untuk kalkulator, menulis memo, online, dan yang paling penting mendengarkan musik. Mungkin saya adalah orang yang paling jarang menggunakan handphone untuk menelepon se-provinsi Sulut. Berangkat dari alasan tadi lah saya tidak pusing dengan berbagai penawaran paket gratis telepon, pulsa 5000 bisa bertahan bisa sampai sebulan.
Kebetulan saya resmi punya handphone pribadi pas kelas 11 soalnya dulu 1 hp milik berdua sama kakak. Saya juga termasuk orang yang tidak gonta-ganti kartu. Punya handphone baru kan harus punya kartu, nah pasti pilih nomor yang cantik dong hehehe.. Siang itu, di Counter Handphone langsung lihat barisan kartu AS, Simpati, Mentari,dll. Bertepatan hari itu tanggal 2 Agustus 2011, pupil mata saya langsung terhenti di Kartu AS dengan digit akhir berbunyi 8002. Ekor nomor ini bisa jadi simbol tanggal pembelian kartu hp, akhirnya saya beli kartu itu.
Di saat orang lain merasa senang ketika ada yang menelepon saya justru sebaliknya. Tiba-tiba muncul panggilan dari seseorang yang terdaftar di kontak atau nomor yang tak dikenal itu sama saja, sama-sama "mengganggu". Kenapa ngga kirim sms atau chat via Facebook atau BBM saja? mungkin mereka pikir waktu untuk membalas pesan lebih baik digunakan untuk komunikasi secara langsung biar semuanya jelas. Tapi maaf saja, bagi saya tidak ada kejelasan saat menelepon karena saya gugup, takut salah bicara, ngga tahu harus ngobrol apa, kalo ditanya tapi ngga tahu jawabannya, kan sayang.. buang-buang waktu untuk cari jawaban eh malah yang didapat malah "ngga tahu" trus juga udah habisin pulsa buat untuk hal yang sia-sia. Kalau pun punya paket telepon, mending jangan telepon saya
Tak jarang, setelah teleponan saya pikir lagi obrolan yang baru saja berakhir dan baru ingat tentang hal-hal penting atau bahkan jawaban dari pertanyaan yang udah terlanjur saya jawab dengan "ngga tahu". Jadi sebenarnya saya hanya butuh waktu untuk berpikir, mengingat kembali, mengatur kalimat demi kalimat dan menjawab. Jawaban spontan tidak akan kalian dapati jika menelepon saya.
Kekhawatiran juga datang saat saya "terpaksa" harus menelepon. Terutama dosen pembimbing. Butuh banyak persiapan untuk bisa melakukannya. Jika besok hari saya harus menelepon, malamnya tidak bisa tidur karena kepikiran besok mau telepon dosen. Berharap ada keberanian dan lancar berkomunikasi. Padahal ini hanya perkara menelepon dosen untuk urusan kecil, bukan untuk di sidang via telepon.
Demikianlah Artikel Aku, Telepon dan Telephobia
Sekianlah artikel Aku, Telepon dan Telephobia kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Aku, Telepon dan Telephobia dengan alamat link Sapiens