Judul : Tentang Penyair
link : Tentang Penyair
Tentang Penyair
seperti kehilangan seorang kakek
seperti kehilangan seorang teman
bukan sekadar idola dalam dunia kepenulisan, Pak Sapardi sudah seperti keluarga. lebih dekat daripada kakek dan nenek yang telah tiada.
aku mengenal Pak Sapardi bukan dari teman, bukan juga dari pelajaran Bahasa Indonesia di bangku SMP seperti kebanyakan orang yang mengagumi karyanya. aku terlambat mengenalnya, tapi dengan cepat ia mengingatku.
aku memilihnya dari banyaknya penyair terkemuka. aku tak cocok dengan syair-syair Chairil yg penuh derita dan semangat melawan penjajahan. aku orang yang tidak mudah terbakar api perlawanan. aku tak membaca syair-syair Rendra, aku tidak bisa dalam kalimat-kalimatnya.
tapi, ya, aku memilih untuk membaca beberapa puisi Sapardi Djoko Damono. aku tak marah, kecewa, atau sedih atau bahagia. tapi aku ingin lebih banyak membaca puisi-puisi yang membuatku mengangguk saat membacanya. dan semakin aku membaca karya-karyanya, semakin aku ingin membaca ranting, daun, pohon, hujan, selokan, burung, payung, bunga, dan yang lainnya. setiap membaca puisi-puisi Bapak, aku sering berkata dalam hati, "oh iya, ya"
kata Pak Sapardi, penulis yang baik harus mencuri sebanyak-banyaknya. membaca sebanyak-banyaknya, dan menulis sebanyak-banyaknya.
itulah kenapa aku terus menulis dan memberanikan diri memublikasikan puisiku di blog ini. tapi aku belum memberikan puisiku untuk dibaca oleh Pak Sapardi.
pada 23 April 2016, saya difolback Pak Sapardi di twitter
pada 21 Mei 2017, saya bertemu Pak Sapardi di Manado
24 Mei 2020, WA terakhir Bapak respon untuk ucapan lebaran dari saya
pada 14 Juni 2020, kontak terakhir saya dan Pak Sapardi di instagram
pada 19 Juli 2020, saya ikut berduka karena kepergian Pak Sapardi
dan semuanya terjadi pada Hari Minggu.
Untuk Pak Sapardi
Pak, di postingan saya tentang melipat jarak bersama Bapak, saya ingin tahu apa yang akan terjadi pada bulan Juni di tahun berikutnya, dan sekarang sudah saya temukan jawabannya. kenyataan memang pahit. saya bersyukur menjadi salah satu dari sekian banyak pengagum karya-karya Bapak, yang bisa bertemu bahkan berteman. bukan sebagai idola dan penggemar, guru dan murid, tapi Bapak menjadi seorang teman. yang suka komentar di sosmed, mengirimkan video di WA dan DM twitter, dan merespon percakapan dengan guyon. maaf Pak, sampai hari ini saya masih menangis hingga kepala saya sakit. ada banyak yang ingin saya sampaikan untuk Bapak, bagaimana saya menangkap puisi Bapak, bait mana yang buat saya terkagum dan lainnya. tapi saya pikir itu tak perlu hingga sehari yang lalu, saya menyadari tak akan bisa menunjukkan betapa saya terkesan dengan karya-karya Bapak.
Pak Sapardi, saya senang karena tidak salah memilih sosok teladan. bukan hanya dari karya tapi juga kepribadian Bapak yang rendah hati dan humoris. saya masih akan menulis apapun kondisinya, asalkan saya punya niat, tak akan mencari inspirasi. karena inspirasi di waktu sore dengan secangkir kopi atau segelas teh itu omong kosong. telah saya buktikan perkataan Bapak. saya menulis beberapa puisi di malam hari saat tak bisa tidur, meskipun di luar bising.
puisi-puisi Bapak masih akan saya baca saat santai atau pun saat saya kesal. ya, membaca beberapa puisi di Kolam dan Melipat Jarak ampuh menenangkan emosi saya. dan saya tidak pernah mengungkapkan itu.
Selamat jalan Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono
Demikianlah Artikel Tentang Penyair
Sekianlah artikel Tentang Penyair kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Tentang Penyair dengan alamat link Sapiens