Judul : Menelusuk Lirik Banda Neira
link : Menelusuk Lirik Banda Neira
Menelusuk Lirik Banda Neira
Selamat Hari Blogger Nasional (kemarin) dan Selamat Hari Sumpah Pemuda!
Berhubung bulan Oktober adalah Bulan Bahasa dan Sastra Indonesia; dan hari ini adalah Hari Sumpah Pemuda (hari di mana Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa persatuan), rasanya sangat pas ketika kita membahas Pemuda-Pemudi, Peristiwa Sejarah, Bahasa Indonesia dan Sastra (puisi) dalam satu hal yang tidak bisa jauh-jauh dari kita, musik. kali ini saya akan membahas lagu-lagu dari pemuda-pemudi yang dalam bermusik memanfaatkan kekayaan kosakata Bahasa Indonesia sebagai cara mereka mengekspresikan diri serta menyentuh sejarah politik sekaligus merawatnya lewat lagu. mereka adalah Ananda Badudu dan Rara Sekar yang tergabung dalam Banda Neira.
Sedikit Tentang Banda Neira
Banda Neira adalah grup musik folk asal Bandung yang terdiri dari Ananda Wardhana Badudu (jurnalis) dan Rara Sekar Larasati (pegiat sosial). Nanda dan Rara adalah alumnus UNPAR (Universitas Katholik Parahyangan). dari kampus inilah semua bermula, di hari wisuda Rara tanpa sengaja mengajak Nanda untuk menjadi pengiringnya bernyanyi. selepas itu Nanda mengajak Rara untuk menggarap lagu. sebagai proyek iseng di paruh waktu, ternyata musik mereka mendapat sambutan baik dari banyak orang. keisengan pun berlanjut menjadi keseriusan.
lalu mengapa menamai grup mereka Banda Neira? ya, seperti yang kita tahu Banda Neira adalah salah satu pulau dengan pemandangan yang indah yang berada di kepulauan Banda, wilayah Maluku. para pendiri bangsa seperti Sutan Sjahrir dan Bung Hatta pernah diasingkan di sana. tapi mereka tidak merasa terasing, mereka justru menikmati hidup di Banda Neira. Bung Sjahrir mengajar anak-anak di sana dan Bung Hatta membaca buku. "seperti berada di Taman Firdaus" kata Sjahrir. mungkin karena Nanda dan Rara menawarkan lagu-lagu yang membuat kita merasa berada di tempat berbeda (sama seperti kata-kata Sutan Sjahrir tadi) maka mereka memilih nama Banda Neira.
Awal Mendengar Banda Neira
Hujan di Mimpi adalah lagu pertama dari Banda Neira yang saya dengar. berawal dari twitter, lagu ini di-mention oleh akun (kalo tidak salah) @radiobuku yang sering memutar lagu indie saat rehat acara #filsafatkakilima. kesan pertama mendengar lagu ini baik dan menenangkan. kala itu Tetap Dalam Jiwa-nya Isyana serta Keep Being You kerap merayap di dinding kosan teman. diulangi selama kami menyelesaikan tugas kelompok.
Koleksi Album Banda Neira
selama enam tahun Banda Neira mengoleksi satu album Extended Play (EP) bertajuk Di Paruh Waktu dan dua album Berjalan Lebih Jauh (2013) dan Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti (2016). pada album kedua Banda Neira tidak tampil apa adanya. mereka hadir dengan konsep lebih matang dan musikalitas yang makin terasah. pada kesempatan itu mereka menggandeng beberapa musisi untuk kolaborasi. setelah melepas album kedua Banda Neira mengumumkan hiatus karena Rara akan melanjutkan S2 di New Zealand tapi di penghujung tahun 2016 sayang sekali mereka memutuskan untuk bubar. banyaknya pendengar yang kaget dan sedih dengan kabar tersebut kemudian menulis kesan dan harapan untuk Banda Neira ditandai dengan tagar yang menembus trending topik di twitter #terimakasihbandaneira
Lagu adalah puisi yang dinyanyikan. inilah yang kita temui pada lagu-lagu Banda Neira, selain musiknya yang enak didengar mereka juga menulis lirik lagu layaknya puisi. selain itu, ada juga musikalisasi puisi dari beberapa penyair. seperti apa? berikut ulasan singkatnya.
Matahari Pagi (2016)
aransemen lagu ini enak didengarkan. bait pertama dibuka dengan lirik "bilur embun di punggung rerumputan" yang berarti bekas embun di (majas personifikasi) punggung rerumputan. menurut saya lagu ini terasa dingin dan sejuk, lebih cocok didengarkan saat subuh dibanding mendengar saat merasakan hangat matahari. ataukah lagu ini memang pemanasan menyambut Matahari Pagi?
Sebagai Kawan (menampilkan Jeremia Kimosabe) (2016)
setiap mendengar intro-nya tanpa sadar saya langsung membatin "nah.." meskipun sampai kini saya sering lupa ini lagu yang mana. lagu Sebagai Kawan terinspirasi dari kata-kata yang dipopulerkan seorang penyair dan filsuf, Albert Camus. "don't walk behind me; I may not lead. Don't walk in front of me; I may not follow. just walk beside me and be my friend."
Derai-Derai Cemara (Musikalisasi Puisi Chairil Anwar 1949) (2016)
lagu ini digubah dengan begitu sendu sesuai dengan tema puisi si Binatang Jalang. pada puisi ini sang penyair menunjukan kedewasaan dan kepasrahannya kepada Sang Pencipta. "hidup hanya menunda kekalahan.. sebelum pada akhirnya kita menyerah"
Pangeran Kecil (2016)
kita akan disambut dengan suara biola, disusul petikan gitar Nanda dan suara mendayu-dayu Rara yang mampu menina-bobokan dari awal hingga akhir lagu. melihat judul lagu ini, langsung terbayang karya sastra Pangeran Cilik dengan judul asli Le Petit Prince karya penulis asal Perancis yang berprofesi sebagai pilot, Antoine De Saint-Exupery. setelah mendengar liriknya "beri tanda pada gambar yang kau suka..rubah dalam gua atau mawar dalam kaca..", memperkuat anggapan saya bahwa lagu ini terinspirasi dari buku itu. Pangeran Cilik adalah cerita sederhana yang terlihat seperti bacaan anak-anak tapi sebenarnya untuk orang dewasa. salah satu buku yang wajib dibaca.
![]() |
credit: beritagar.co |
Tini dan Yanti (2016)
dilihat dari judulnya mungkin kita akan berpikir Tini dan Yanti adalah dua orang sahabat atau teman sepermainan
Mewangi (2016)
Banda Neira menulis lirik yang jarang dipakai. "riuh rasa diembannya melewati hari" yang berarti banyak atau bermacam rasa yang dialami setiap hari. "menyeruak" sama artinya dengan berjalan atau menerobos. pada bait penutup ada kalimat "kalah atau menang kita kan jadi arang dan abu.." menang jadi arang kalah jadi abu adalah peribahasa yang berarti dalam pertengkaran, menang ataupun kalah kita tidak memperoleh keuntungan sama sekali.
Kisah Tanpa Cerita (2013)
lagu yang masuk dalam daftar Lagu Indie Indonesia Terbaik versi saya ini menjadi lagu kedua yang saya dengarkan setelah Hujan di Mimpi. yang dimaksud pada lirik "matahari menyingsing kali ini dari utara, salju turun percaya saja meski belum waktunya" adalah yakini saja hal-hal yang tidak masuk akal. "hatinya teguh ditempa kalut" berarti hati seseorang yang tangguh dibentuk atau terlatih dengan adanya kekacauan. sedangkan lirik "lelaki di ujung tanduk", ujung tanduk adalah istilah dari keadaan yang membahayakan. menurut saya Kisah Tanpa Cerita adalah kisah yang seharusnya tidak terjadi, seharusnya tidak diceritakan pada siapapun karena hal ini 'berbahaya'. bagian favorit saya saat Rara menyanyikan "sore itu tak biasanya.." seolah Banda Neira juga ikut menjelma seperti sore yang tak biasa. alunan musik, nada, dan liriknya begitu menenangkan.
Utarakan (2016)
kali ini hanya Nanda yang bernyanyi diiringi petikan gitar. suara jurnalis Tempo ini terdengar seperti perpaduan antara suara Iwan Fals dan personil Sindentosca, agak parau dan sesekali hilang. Utarakan adalah salah satu lagu favorit saya dari Banda Neira. "lihatlah bunga di sana bersemi.. mekar meski tak sempat kau semai". semai dalam KBBI adalah benih tumbuhan (yang sudah berkecambah) yang akan ditanam lagi sebagai bibit di tempat lain. kata yang sering dipakai dalam lagu kebanyakan penyanyi dihindari Nanda. dibanding katakanlah, bicaralah, ceritakanlah, ia lebih memilih utarakan yang juga berarti mengemukakan pendapat. penggalan liriknya "walau tak semua tanya datang beserta jawab.. dan tak semua harap terpenuhi.. ketika bicara juga sesulit diam, utarakan.. utarakan.. utarakan"
lagu ini perumpamaan kita manusia adalah bunga yang tumbuh mekar bersama harapan kita masing-masing. lirik "hingga ruang mulai beradu" berarti dalam prosesnya, akar dalam tanah pun berbagi ruang-saling melilit, maksudnya adakalanya kita berlomba mengambil kesempatan hingga terjadi perpecahan. " temani daun-daun dan terangi hidupnya" daun-daun di sini mungkin mereka yang kurang atau belum beruntung. kita betul-betul hidup jika kita berguna untuk orang lain, seperti bunga dan daun yang akan terlihat indah jika bersama. "tak semua yang kita tanam kita tuai bersama" meskipun kita memulai suatu impian bersama, tapi keberhasilan tiap orang berbeda waktu dan bentuknya.
Berjalan Lebih Jauh (2013)
genjrengan gitar di intro lagu ini terdengar agak kasar (mungkin untuk menunjukan bahwa lagu ini sebagai pemacu semangat) tapi bisa ditutupi dengan lirik dan suara Nanda dan Rara yang pas. lagu ini merupakan track pertama di album pertama dengan judul yang sama, sebagai penanda pada saat itu Banda Neira telah berjalan lebih jauh dari yang tak terbayangkan. "berjalan lebih jauh, menyelam lebih dalam.. jelajah semua warna bersama"
Ke Entah Berantah (2013)
suara Nanda memang terdengar gugup di awal-awal. tapi harus diakui jika didengar berkali-kali secara tidak sadar akan ikut bernyanyi. "dan kawan bawaku tersesat ke entah berantah.. tersaru antara nikmat atau lara.. berpeganglah erat.. bersiap terhempas ke tanda tanya.." Nanda mengakui banyak yang protes dengan judul yang tidak baku. seperti yang kita tahu kata yang benar adalah Antah Berantah. tapi di sini diplesetkan menjadi Entah Berantah. mungkin disesuaikan dengan tema dan liriknya. berada di tempat yang tidak jelas, entah di mana. terhempas ke tanda tanya. di lagu ini Nanda memilih kata tersaru (kata dasar saru) yang berarti samar, tidak kelihatan atau tidak dapat dibedakan.
Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti (2016)
judul lagu yang juga dijadikan judul album ini diambil dari peribahasa Patah Tumbuh Hilang Berganti, yang berarti hilang satu muncul yang lain. pada lagu ini ada kata "meranggas" yang berarti kering atau tidak berdaun lagi. "..yang hancur lebur akan terobati, yang sia-sia akan jadi makna, yang terus berulang suatu saat henti, yang pernah jatuh kan berdiri lagi, yang patah tumbuh, yang hilang berganti.." karena lirik dan musiknya yang apik, lagu ini menjadi salah satu lagu paling populer dari Banda Neira terlebih setelah mereka memutuskan untuk bubar. Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti tapi sampai kini rasanya Banda Neira tak terganti.
Di Beranda (2013)
mendengar perpaduan senar gitar dan xylophone di awal lagu membuat saya merasa berada di beranda rumah sederhana dan halaman yang asri
Benderang (2016)
seperti biasa, Banda Neira memulai lagu dengan gitar akustik yang menenangkan. lagu ini sepertinya hendak meyakinkan kita untuk maju karena masa depan yang cerah benar-benar ada dan terbuka lebar. kita hanya perlu menunggu waktu. di sini Banda Neira memilih kata "terentang" yang berarti jarak. pada lagu ini mengalami banyak repetisi.
![]() |
credit: serunai.co |
Mawar (2013) (Menampilkan Puisi Wiji Thukul)
Mawar didedikasikan untuk para aktivis yang menjadi korban penculikan oleh tim Mawar, Kesatuan Kopassus, TNI AD pada 1997-1998. puisi Sajak Suara dari aktivis yang juga seorang penyair yang masih hilang hingga kini, Wiji Thukul, dibacakan oleh Rara Sekar sebagai penutup lagu.
Hujan di Mimpi (2013)
sepertinya tepat sekali memilih Hujan di Mimpi sebagai lagu pengenalan dengan Banda Neira. lagu ini termasuk paling aman (Di Paruh Waktu) tanpa improvisasi serta liriknya yang indah. "semesta bicara tanpa bersuara.. sepi itu indah.. membisu itu anugerah.. seperti hadirmu di kala gempa jujur dan tanpa bersandiwara" tadinya saya pikir, maksud dari lagu ini saat terjadi gempa seseorang tidak akan jaim. ia akan panik jika memang panik haha.. tapi sepertinya bukan itu. gempa tidak pernah bisa dideteksi kecuali sudah terjadi. tanpa ada tanda tiba-tiba saja terjadi. itulah yang dimaksud semesta bicara tanpa bersuara. dan kita perlu diam untuk bisa mendengarkan.
Langit dan Laut (2016)
terdengar gemuruh ombak dan kepakan sayap serta langkah kaki burung atau penyu (?) mengawali lagu membuat kita merasakan betapa bebasnya berada di bibir pantai memandang langit. dan membiarkan jiwa kita menyatu dengan alam semesta "langit dan laut dan hal-hal yang tak kita bicarakan.. biar jadi rahasia menyublim ke udara.. hirup dan sesatkan jiwa.."
Re: Langit dan Laut (2016)
masih diiringi gemuruh ombak tapi kali ini lagu kedua hanya dinyanyikan oleh Rara. "biarkan saja alam yang berbahasa.. dengarkan saja pasang gelombang yang bersahutan.." lagu yang ditulis dan dinyanyikan oleh Rara ini terdengar berbeda dengan atmosfer lagu pertama. tetap magis tapi langit seperti sedang mendung, petir menyambar dan saat itu gelombang pasang.
![]() |
credit: sorge magazine |
Biru (Menampilkan Layur) (2016)
warna biru adalah simbol dari ketenangan atau kesedihan. Banda Neira dan Layur menampilkan aransemen yang begitu tenang tentang kesedihan dalam hal perpisahan, kegagalan serta kecemasan yang terus menghantui. pada lirik lagu ini ada kata "lesap" yang berarti hilang atau lenyap. juga ada kata "niscaya" kata lain dari pasti.
Kau Keluhkan (Esok Pasti Jumpa) (2013)
saya memang dibuat mengeluh mendengar lagu ini. petikan gitar yang cukup riang, suara Nanda, nada lagu ini, dan saat berbagi suara dengan Rara terasa tidak begitu pas. apalagi ditambah acapella terompet dari Nanda. lagipula ada yang janggal (tapi mungkin itulah seni dalam berpuisi) "dan ingatlah pesan sang surya pada manusia malam itu" bagaimana bisa matahari berbicara di malam hari? atau mungkin pada malam hari kita bicara pada matahari yang ada dalam diri? bisa saja, karena dalam diri manusia ada dunia yang tidak terbatas. tak heran banyak yang suka mendengar lagu ini, mengesampingkan nada dan suara, ada makna yang disuguhkan Banda Neira lewat lagu Kau Keluhkan.
![]() |
credit: polka.id |
Di Atas Kapal Kertas (2013)
suara Nanda agak mengganggu di awal-awal lagu tapi setelah itu bisa mengimbangi Rara. petikan gitarnya juga tidak stabil, ketika masuk reff menjadi melemah dan temponya seperti berkejaran; agak berantakan. tapi sekali lagi, untuk sebuah proyek iseng bisa dimaklumi. cerita di lagu ini juga layak didengar.
Senja di Jakarta (2013)
lagu yang berdurasi hanya 2 menit 52 detik ini awalnya aman-aman saja. sama seperti mendengar lagu indie akustik lainnya. tapi setelah didengar berkali-kali keunikan yang diciptakan Banda Neira seperti pada lagu-lagu mereka yang lain hilang. petikan gitar - ketukan xylophone, suara Rara yang terdengar nyaman menyanyi a la broadway
Rindu (Musikalisasi Puisi Subagio Sastrowardoyo) (2013)
lagu ini sebetulnya adalah musikalisasi puisi Subagio Sastrowardoyo, eyang kakungnya Dian Sastrowardoyo. nada lagu ini didapat ketika Nanda menginap di rumah saudaranya saat suasana begitu pengap, panas, dan gelap karena mati lampu. puisi ini menggambarkan situasi yang sepi. rumah kosong yang hanya ditempati perabot rumah. merindukan percakapan-percakapan sekalipun itu benda mati.
Pelukis Langit (2016)
saat mendengar lagu ini imajinasi kita juga ikut bermain. saya membayangkan pelukis langit ini berumur sekitar 30 tahun berwajah cekung tapi badan dan kostumnya seperti Okki di cergam Okki dan Nirmala, warna kostumnya berwarna abu-abu bercak biru tua. buru-buru melompat dari langit ke pelangi lalu melompat lagi ke awan dan entah ke mana lagi. "pelukis langit lari terburu-buru hingga dia lupa warna kuning dan biru.. pelukis langit lari terburu-buru hingga yang ada hanya kelabu.."
Sampai Jadi Debu (Menampilkan Gardika Gigih) (2016)
Terinspirasi dari Kakek dan Nenek Nanda, rupanya ada kenangan pilu di balik lagu ini. saat menggarap album, Nanda ingin orang yang mendengar lagu-lagu Banda Neira menangis. tak lama setelah selesai rekaman, Nenek Nanda yang menjadi inspirasi lagu ini masuk RS dan saat tiba giliran berbicara untuk terakhir kali dengan sang nenek, ia memperdengarkan Sampai Jadi Debu pada neneknya sambil menangis sesenggukan. kemudian neneknya meninggal. di rumah duka, lagu ini kembali diputar mengiringi pemakaman jenazah almh. neneknya. beberapa bulan kemudian, salah satu tokoh inspirasi Sampai Jadi Debu, sang kakek (pakar Bahasa Indonesia, J.S. Badudu) juga berpulang. Nanda merasa ini semacam senjata makan tuan untuknya. ia ingin orang menangis tapi bukan karena kehilangan orang-orang yang disayangi. dan puncaknya, Nanda harus berpisah dengan Rara Sekar, membubarkan Banda Neira.
Demikianlah Artikel Menelusuk Lirik Banda Neira
Sekianlah artikel Menelusuk Lirik Banda Neira kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Menelusuk Lirik Banda Neira dengan alamat link Sapiens