Syair: Perkara Hujan, Orang-orang Suci, dan Gagang Telpon yang Menyakitkan

Perkara Hujan, Orang-orang Suci, dan Gagang Telpon yang Menyakitkan - Hallo sahabat puisi,pengertian dari syair dan contoh ragam syair,pengertian syair dan pantun pengertian puisi syair serta pengertian dan contoh syair cuivre, Puisi, baca lagi di Pengertian syair Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Perkara Hujan, Orang-orang Suci, dan Gagang Telpon yang Menyakitkan, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Puisi, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Perkara Hujan, Orang-orang Suci, dan Gagang Telpon yang Menyakitkan
link : Perkara Hujan, Orang-orang Suci, dan Gagang Telpon yang Menyakitkan

Baca juga: sapiens, Pengertian syair


Perkara Hujan, Orang-orang Suci, dan Gagang Telpon yang Menyakitkan

Hujan jatuh. seorang kekasih kuyup di bawah langit
tubuhnya mencair, menjadi air seni, air sungai, luapan banjir, bensin, kuah bakso, juga darah
ia jatuh ke tanah, menggigil dan tak bisa lagi mengatakan
“aku mencintaimu” – tapi ia telah menghabiskan ribuan kata yang sama untukmu
ia tidak membiarkan siapapun menolongnya, kecuali kata
yang bibirmu tidak pernah menampungnya, juga menyimpannya
untuk seorang yang sedang meminta pertolongan kepada hujan

Kau mungkin kian dengki, wajahmu memerah, kesetanan sambil berkata
“aku juga mencintaimu, bodoh.
tapi aku sungguh membenci hujan, tempat kau kuyup
lihatlah, betapa menjijikkannya dirimu.”
tapi, di dalam engganmu yang raksasa, kau berbisik untuk telingamu sendiri
“sungguh, hujan juga membuatku semakin mencintaimu, semakin menginginkanmu. sangat”

Seperti belajar memahami perkataan orang-orang suci
mereka menyampaikannya dengan sederhana, berhutan, dan membunuh
kita mudah memahami, tapi lebih mudah tersesat di rimbunnya, hati-hati terbunuh

Kau memilih tidak pernah mengatakan perasaanmu
sedang gigil itu adalah panggilan telpon yang berdering, terus menerus.
ia butuh “halo”, bukan “tut, tut, tut,”
apa lagi, nomor yang anda hubungi sedang sibuk dengan orang lain, atau berada di luar jangkauan perasaanmu, tolong tinggalkan ia. mohon.

Seperti yang kau tulis dalam surat yang tidak pernah kau kirim kepadanya
kau juga mencintainya, tapi mata siapa yang bisa menjangkau laci mejamu
juga kobaran api, yang mengabukan kertas-kertas suratmu

ingat, aku pernah mengirim merapati ke rumahmu?
di sayap kirinya, aku menyimpan semua jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang belum kau sampaikan kepadaku
bertanyalah kepadanya. ia baik hati dan juga bisa pergi kapan saja.


Makassar – Februari 2014


Demikianlah Artikel Perkara Hujan, Orang-orang Suci, dan Gagang Telpon yang Menyakitkan

Sekianlah artikel Perkara Hujan, Orang-orang Suci, dan Gagang Telpon yang Menyakitkan kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Perkara Hujan, Orang-orang Suci, dan Gagang Telpon yang Menyakitkan dengan alamat link Sapiens
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
Related Post
Puisi